Kolaborasi BNPT untuk Lawan Terorisme

Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat bersilaturahmi dengan dengan FKPT, Duta Damai Dunia Maya, dan Duta Damai Santri Regional Jawa Tengah di Semarang, Selasa 5 Januari /2024. (./Istimewa)

SATUKALTENG.COM – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menegaskan, kolaborasi dengan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Duta Damai, dan Duta Santri memainkan peran penting dalam melawan terorisme di Indonesia.

“BNPT tidak bisa bekerja sendirian. Keberadaan FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri yang menjadi mitra strategis BNPT untuk memperkuat resiliensi masyarakat dalam mencegah penyebaran ideologi radikal terorisme ini sangat penting,” kata Kepala BNPT Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, saat bersilaturahmi dengan FKPT, Duta Damai Dunia Maya, dan Duta Damai Santri Regional Jawa Tengah di Semarang, Rabu (7/2/2024).

Menurutnya, BNPT tidak pernah lelah mengimbau keterlibatan seluruh pihak menjadi mitra strategis dalam menjalankan program penanggulangan terorisme.

“Jika FKPT, Duta Damai, dan Duta Santri bisa berkolaborasi seperti ini, tentunya dapat meningkatkan daya tangkal dan perlawanan untuk mencegah teroris yang secara terang-terangan ingin mengubah dasar negara kita,” ujarnya.

Rycko mengatakan peran FKPT, Duta Damai, maupun Duta Santri bisa diperkuat dan diintensifkan untuk berfokus di wilayah pencegahan, yaitu membangun kesiapsiagaan nasional, kontra radikalisasi, dan deradikalisasi.

Bentuk sinergi tersebut, lanjut Rycko, bisa diwujudkan dalam bentuk seminar daring melalui siaran langsung media sosial yang dikelola Duta Damai maupun Duta Santri.

Selanjutnya, dalam seminar tersebut, FKPT bisa mengisi siaran langsung media sosial dengan berbagai kajian dalam upaya kontra radikalisasi.

“Ini merupakan bentuk edukasi kepada publik dan upaya pencegahan dini. Edukasi merupakan kata kunci untuk memberantas sel-sel jaringan terorisme,” ujarnya.

Kepala BNPT optimistis, jika hal tersebut dapat dilakukan, bangsa Indonesia akan makin aman dan damai.

“Karena bahan baku utama radikal terorisme adalah intoleransi. Oleh sebab itu, segala bentuk ancaman intoleransi harus diberi counter (penangkal),” tambah Rycko.

Mengutip dari Antara, Dijelaskannya, radikalisme dan terorisme menyerang keyakinan, sehingga pelakunya memiliki kecenderungan keras kepala dan sulit untuk diajak kembali ke pemikiran yang moderat.

Kepala BNPT mengatakan, dari hasil penelitian Setara Institute dari 2016 hingga 2023, terjadi peningkatan proses radikalisasi yang masif menyasar tiga pihak yang dianggapnya sangat rentan, yaitu remaja, perempuan, dan anak-anak.

 

(Ed)

Pos terkait