SATUKALTENG, Sukamara – SMP Negeri 2 Sukamara, sebuah sekolah yang berlokasi di Jl. Muntai Raya dan telah berdiri sejak tahun 2005, kembali mencuat dengan polemik kepemimpinan di kalangan staf pendidik. Setelah sebelumnya viral pada tahun 2023 dengan aksi mogok mengajar oleh guru-guru akibat kebijakan kepala sekolah saat itu, kini permasalahan serupa muncul di bawah pimpinan kepala sekolah baru, Taufiqurahman.
Menurut beberapa sumber, Taufiqurahman yang sebelumnya adalah guru di SMPN 3 Sukamara, diduga menerapkan sejumlah kebijakan yang dinilai merugikan guru-guru di SMPN 2 Sukamara. Kepala sekolah ini dianggap berpihak secara tidak adil kepada salah satu guru tertentu, yang memicu ketidakpuasan di antara staf lainnya. Selain itu, ia juga dikritik atas kebijakannya yang tidak transparan terkait pengelolaan anggaran sekolah, terutama dana perjalanan dinas yang disebut sering dipangkas tanpa alasan yang jelas.
Sumber yang tidak ingin disebutkan namanya mengungkapkan bahwa kepala sekolah ini tidak hanya tertutup soal anggaran, tetapi juga kerap bersikap arogan terhadap guru di depan siswa. “Ia kerap merendahkan para guru di hadapan siswa, dan ini sangat mempengaruhi suasana kerja serta citra sekolah di mata para murid,” ungkap sumber tersebut pada tanggal 6 November 2024.
Masalah lain yang menambah ketegangan adalah penghapusan peran wakil kepala sekolah di SMPN 2 Sukamara oleh Taufiqurahman. Kebijakan ini dinilai membuat kepemimpinan di sekolah menjadi terpusat hanya pada dirinya, tanpa adanya mekanisme penyeimbang dalam pengambilan keputusan. Hal ini, menurut sumber yang sama, telah menciptakan ketidakadilan dalam pembagian tugas dan tanggung jawab di sekolah tersebut.
Dugaan intimidasi terhadap guru ASN pun mencuat, dengan klaim bahwa kepala sekolah pernah berencana memberhentikan seorang guru ASN meskipun prosedur memberhentikan ASN tidaklah mudah. “Kami merasa terintimidasi dengan kebijakan yang seperti ini. Seharusnya kepala sekolah mendukung kami dalam menjalankan tugas, bukan justru merusak semangat kerja,” tambah sumber tersebut.
Tidak hanya berdampak pada guru, masalah di SMPN 2 Sukamara ini juga berdampak pada siswa. Seorang warga Pangkalan Muntai mengaku mengetahui adanya siswa yang berhenti sekolah karena merasa tidak nyaman dengan salah satu guru yang sering dibela oleh kepala sekolah. “Ini sangat kami sesalkan, seharusnya kepala sekolah bersikap adil dan melindungi hak semua siswa dan guru,” ujar warga tersebut.
Salah satu Guru berharap agar Dinas Pendidikan Kabupaten Sukamara segera turun tangan untuk menyelidiki dugaan kasus ini.