SATUKALTENG, Palangka Raya – Keikutsertaan atlet Kalimantan Tengah (Kalteng) dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 di Aceh-Sumatera Utara berakhir dengan kekecewaan. Meski anggaran yang digelontorkan cukup besar, hasil yang dicapai tidak sesuai harapan. Banyak pihak menyoroti kegagalan ini dan mempertanyakan pembinaan atlet yang dilakukan oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) di berbagai kabupaten Kalteng.
Kegagalan ini bukan semata-mata karena peran Ketua KONI Kalteng, Rahmat Hidayat, namun lebih pada ketidakmampuan ketua-ketua KONI kabupaten dalam menyeleksi bakat-bakat potensial yang layak berkompetisi di kancah nasional. Sejumlah pihak menilai bahwa pembinaan atlet di tingkat kabupaten kurang serius dan lebih terkesan formalitas, tanpa adanya program yang terstruktur dan fokus untuk mengembangkan atlet berprestasi.
Selain itu, beredar rumor adanya berbagai permasalahan internal di tubuh KONI kabupaten. Dugaan ini mencuat setelah beberapa pihak menyoroti keputusan-keputusan yang tidak tepat dalam memilih atlet yang dikirim ke PON, serta adanya konflik kepentingan yang merugikan potensi olahraga daerah.
Salah seorang pelatih yang enggan disebutkan namanya menyatakan, “Kami sudah mengupayakan yang terbaik untuk atlet, tapi sayangnya, dukungan dari KONI kabupaten sangat minim. Banyak bakat muda yang tidak diberi kesempatan karena ketidaktepatan seleksi, sehingga potensi terbaik Kalteng tidak terlihat di PON kali ini” (27/10).
Dengan hasil ini, masyarakat dan pengamat olahraga Kalteng berharap ada evaluasi serius dari pihak KONI, terutama di tingkat kabupaten, agar pembinaan atlet lebih terarah dan transparan.