SATUKALTENG, Palangka Raya – Palangka Raya kota cantik ebuah kota yang dikenal dengan dinamika politiknya yang selalu menarik perhatian, kini tengah memasuki babak baru dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) 2024. Fairid Naparin, Wali Kota Palangka Raya saat ini, kembali maju sebagai calon petahana dengan dukungan koalisi besar yang terdiri dari tujuh partai, yakni Partai Golkar (6 kursi), Demokrat (4 kursi), NasDem (3 kursi), PKB (3 kursi), PSI (2 kursi), Perindo (2 kursi), dan Hanura (1 kursi). Dengan total 21 kursi di DPRD Kota Palangka Raya, koalisi ini menempatkan Fairid pada posisi yang sangat kuat.
Pasangan Fairid dalam pemilihan ini adalah Ahmad Zaini, seorang birokrat yang memiliki rekam jejak panjang dalam pemerintahan. Sebagai mantan Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palangka Raya, Zaini memiliki pengalaman yang luas dalam mengelola urusan publik. Kombinasi ini terlihat solid di atas kertas, mengingat Fairid memiliki pengalaman politik dan dukungan kuat dari koalisi besar, sementara Zaini menawarkan keahlian teknokratik yang dapat melengkapi kepemimpinan di tingkat pemerintahan kota.
Namun, ada satu aspek yang mungkin bisa menjadi kelemahan dari pasangan ini. Keputusan Fairid untuk memilih seorang birokrat sebagai wakilnya, meskipun sarat pengalaman dalam pemerintahan, dapat dilihat sebagai langkah yang kurang memperhitungkan pentingnya kekuatan politis dalam pemilu. Ahmad Zaini, meskipun berpengalaman, bukanlah seorang politisi dengan pengaruh elektoral yang signifikan. Ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa Fairid tidak memilih seorang politisi yang kuat, yang bisa meningkatkan daya tariknya di mata pemilih dan sekaligus memperkuat basis dukungannya di luar koalisi partai?
Keputusan ini tampaknya didorong oleh keyakinan bahwa kekuatan koalisi besar yang sudah terbentuk cukup untuk mengamankan kemenangan di Pilwalkot mendatang. Dengan dukungan yang solid dari berbagai partai, Fairid mungkin merasa terlalu percaya diri dan cenderung meremehkan calon lawan yang masih belum muncul secara resmi.
Hingga saat ini, belum ada nama-nama besar yang secara resmi menantang dominasi Fairid. Namun, beberapa tokoh potensial seperti Rojikinnor dan Ivo Sugianto Sabran sempat disebut-sebut sebagai kandidat yang bisa memberikan perlawanan serius. Jika salah satu dari mereka atau kandidat kuat lainnya memutuskan untuk maju, dinamika Pilwalkot ini bisa berubah drastis.
Dengan pendaftaran calon resmi di KPU yang akan dibuka pada 27 Agustus 2024, banyak yang bertanya-tanya apakah ada kejutan yang menanti. Akankah ada lawan yang mampu menantang dominasi Fairid dan Zaini? Ataukah koalisi besar yang mereka miliki benar-benar cukup untuk mengamankan kursi Wali Kota Palangka Raya periode 2024-2029? Seiring berjalannya waktu, ketegangan politik ini akan semakin memanas, dan publik Palangka Raya akan segera mengetahui siapa saja yang akan bertarung memperebutkan kursi tertinggi di kota ini.