SATUKALTENG – Baru-baru ini, Muhammadun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Selatan, menjadi viral setelah seorang guru honorer bernama Amalia mengaku diusir saat menegur Muhammadun agar tidak merokok di dalam ruangan ber-AC. Insiden ini menambah kontroversi yang kerap meliputi Muhammadun, yang sudah dikenal sering memicu perdebatan dengan gagasan-gagasannya di kalangan guru se-Kalimantan Selatan.
Muhammadun merupakan lulusan program Diploma IV Pekerja Sosial dengan gelar Ahli Kesejahteraan Sosial (A.K.S) dan Magister Ilmu Komunikasi. Selain menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, ia juga merangkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Selatan.
Pria kelahiran Jakarta, 19 April 1966 ini dikenal sebagai seorang PNS dengan pangkat Pembina (IV/a) dan sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Namun, berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 012 Tahun 2023, Muhammadun kini menduduki jabatan dengan pangkat Pembina Utama Muda dengan golongan (IV/c). Meski memiliki latar belakang yang kuat dalam bidang sosial dan komunikasi, kinerjanya sebagai Kadisdik Kalsel kerap dikritik, terutama dalam hal inovasi yang dinilai minim oleh beberapa pihak.
Di sisi lain, Muhammad Reza Prabowo yang kini menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Kalimantan Tengah, dikenal memiliki pendekatan kepemimpinan yang lebih inovatif. Reza mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan, terutama para guru di Kalimantan Tengah, atas program-programnya yang dirasakan bermanfaat secara langsung. Beberapa inovasi yang diusungnya antara lain program beasiswa “Tabe” untuk mahasiswa, “Pena Berkah” yang bertujuan untuk meningkatkan keterbukaan informasi, serta inisiatif “1000 Rumah untuk Guru” yang berfokus pada kesejahteraan para pendidik.
Reza Prabowo, dengan berbagai gagasannya, telah menunjukkan bahwa kepemimpinan yang berfokus pada kesejahteraan guru dan transparansi informasi dapat menghasilkan dampak positif bagi dunia pendidikan. Di tengah perbandingan gaya kepemimpinan antara dua kepala dinas ini, jelas terlihat perbedaan pendekatan yang mereka ambil dalam mengelola pendidikan di dua provinsi yang berbeda.
Kedua sosok ini, meskipun memimpin di wilayah yang berbeda, sama-sama menjadi perhatian publik karena peran mereka dalam membentuk masa depan pendidikan di Kalimantan. Muhammadun dengan kontroversinya, dan Reza Prabowo dengan inovasi-inovasinya, mencerminkan tantangan yang dihadapi para pemimpin pendidikan dalam menyeimbangkan kebutuhan birokrasi dengan aspirasi para guru dan masyarakat.