SATUKALTENG, Muara Teweh – Barito Utara, salah satu kabupaten di Kalimantan Tengah, dikenal sebagai “surga tambang” dengan luas lahan tambang batu bara mencapai 288.644,54 hektar. Menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, Kalimantan Tengah memiliki total lahan tambang batu bara seluas 891.943 hektar, dan Barito Utara menjadi daerah dengan lahan tambang terluas.
Namun, di balik kekayaan sumber daya alamnya, Barito Utara menyimpan realitas pahit bagi sebagian warganya. Dari 163.343 penduduk, sebanyak 2.600 orang atau sekitar 1,6 persen dari total populasi hidup dalam kemiskinan ekstrem. Fakta ini diungkapkan langsung oleh Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Barito Utara, Drs. Jufriansyah, dalam acara pembukaan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang berlangsung di halaman Dinas KPP Barito Utara pada bulan November tahun 2023 lalu.
“Jumlah penduduk Kabupaten Barito Utara sekitar 163.343, dan 1,6 persen di antaranya terindikasi sebagai masyarakat miskin ekstrem,” ujar Jufriansyah. Berdasarkan data BPS pada tahun 2021, seseorang dikategorikan miskin ekstrem jika pengeluarannya di bawah Rp 10.739 per orang per hari atau Rp 322.170 per orang per bulan. Ini berarti, dalam satu keluarga yang terdiri dari empat orang (ayah, ibu, dan dua anak), penghasilan mereka hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar jika total pengeluaran keluarga setara atau di bawah Rp 1.288.680 per bulan.
Kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, pendidikan, serta akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial, sesuai dengan penjelasan dari laman Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: apakah kekayaan tambang batu bara di Barito Utara benar-benar membawa manfaat bagi masyarakat lokal, atau justru menambah kesenjangan sosial?
Tambang batu bara yang seharusnya menjadi sumber kemakmuran, ternyata tidak mampu mengentaskan ribuan masyarakat dari jurang kemiskinan. Meskipun Barito Utara dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil batu bara terbesar di Kalimantan Tengah, kekayaan alam ini tidak sepenuhnya berdampak positif pada kesejahteraan warganya.
Salah satu faktor yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi ini adalah distribusi kekayaan yang tidak merata. Hasil tambang sering kali lebih banyak dinikmati oleh perusahaan besar dan tidak berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar area tambang sering kali menghadapi berbagai tantangan, seperti kerusakan lingkungan, keterbatasan akses terhadap layanan dasar, dan kurangnya lapangan kerja yang layak.
Situasi ini menjadi ironi besar bagi Barito Utara, sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya alam namun masih banyak warganya yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya perlu segera mengambil langkah konkret untuk memastikan bahwa hasil tambang ini benar-benar membawa manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang berada dalam kategori miskin ekstrem.
Dengan upaya yang tepat, kekayaan tambang batu bara di Barito Utara dapat menjadi berkah, bukan beban, bagi masyarakat lokal. Hanya dengan demikian, wilayah ini bisa benar-benar disebut sebagai “surga” bagi semua, bukan hanya bagi segelintir orang.